Embun di pagi hari begitu sejuk.
Burung berkicau sangat merdu, memecahkan keheningan dipagi hari ini. Matahari
mulai menampakkan dirinya, ketika aku menyisir rapi rambutku yang hitam dan
panjang sambil sesekali tersenyum didepan kaca.
“Hmm, Aku cantik juga.” Ujarku.
Aku sangat terpesona dengan wajahku
sendiri, sehingga tak tersadar jam diniding menunjukkan pukul 06.30.
“Ha.. udah jam setengah tujuh.”
Lalu, aku bersegera bersiap-siap. Aku
beranjak dari meja riasku yang penuh dengan berbagai macam aksesoris. Aku
langsung menyambar tas yang tergeletak diatas ranjang dan keluar dari kamar.
“Ma, Zaskia berangkat ya.” Teriakku.
Ibuku terkejut mendengarku
berteriak.
“Ya Alloh, Zaskia....” kata ibuku
terkejut.
Aku menyambar roti yang tersedia
dimeja makan, dan menghabiskan setengah gelas susu coklat.
“Ma, Zaskia berangkat.” Kataku
tergesa-gesa, sambil mencium tangan ibu lalu pergi.
“Lho.. ga sarapan dulu sayang?”
tanya ibu.
“Udah telat ma, Zaskia sarapan di
kampus aja. Assalammu’alaikum.” Kataku segera pergi.
“Waalaikumsalam.” Jawab ibuku.
“Zaskia,, Zaskia.” Lanjut ibuku sambil menggelengkan kepala.
“Kenapa Zaskia, mah?” tanya ayahku
yang tiba-tiba menghampiri sambil membawa koran.
“Tuh anak papa, kesiangan lagi. Buru-buru
pergi, jadinya ga sarapan.”
“Sama tuh kayak mama.” Ledek ayah.
Ibu cemberut, “Selalu deh, yang
jelek-jeleknya pasti mirip mama, giliran yang bagus mirip papa.”
Ayah tertawa.
^___^
Diluar rumahku, terparkir sebuah mobil sedan berwarna hitam metalik.
Aku segera menuju ke arah mobil itu dan langsung masuk kedalamnya.
“Akhirnya..” ujar Ilham. Orang yang menungguku didalam mobil dan dia
adalah kekasihku.
“Maafkan aku??”
“Kebiasaan.. kalau dandan jangan lama-lama. Membuat bosan orang yang
menunggu.” Kata Ilham menasehati.
Aku mengangguk, “Maaf..”
“Ya udah.. ayo berangkat?”
Aku tersenyum.
^___^
Universitas Negeri Bandung adalah
tempatku dan Ilham menuntut ilmu. Aku mahasiswa tingkat 2 dan Ilham mahasiswa
tingkat 3. kami kuliah di fakultas yang sama Fakultas Ekonomi.
Aku dan Ilham masuk ke dalam kampus.
Ketika akan masuk kedalam gedung Fakultas Ekonomi, terpampang sebuah spanduk
yang mencuri perhatianku. Spanduk itu bertuliskan “SELAMAT DATANG BULAN
RAMADHAN, BULAN PENUH BERKAH, BULAN PENUH AMPUNAN”. Tulisan itu sangat indah,
bukan hanya indah karena dihiasi dengan gambar-gambar dan simbol-simbol, tetapi
tulisan itu sangat indah hingga mampu membuatku begitu ingin merasakan bulan Ramadhan.
“Ga kerasa yah, bentar lagi mau
puasa.” Kataku.
Ilham mengangguk.
^___^
“Yah... kita akhiri saja pertemuan
kita untuk hari ini. Karena mau masuk bulan Ramadhan. Saya memohon maaf untuk kesalahan saya. Siapa tau ada yang
tersinggung, ada yang pernah saya marahi. Sekali lagi saya mohon maaf.” Kata
salah satu dosen yang mengajar dikelasku.
“Iya pak.. sama-sama.” Teriak kami.
Lalu, kami pun segera membenahi
barang-barang, dan segera keluar dari kelas.
“Ini.” Kata Arya salah seorang teman
sekelasku ambil memberikan pamflet kepadaku secara tiba-tiba.
“Apa ini, Ya?” tanyaku.
“Selama bulan Ramadhan, Formasi akan mengadakan banyak kegiatan. Saya
harap kamu mau berpartisipasi.?”
“Oh... Baiklah. Insya alloh aku ikut.”
Arya tersenyum, “Syukron. Kalau gitu, saya duluan. Assalammu’alaikum”
“Waalaikumsalam.”
Arya adalah seorang ikhwan dan juga aktivis dakwah yang bergabung dengan
lembaga kemahasiswaan Formasi (Forum Mahasiswa Islami). Aku tidak tau kenapa
Arya memberikan pamflet yang penuh dengan jadwal kegiatan islami kepadaku,
padahal aku tidak pernah ikut sekalipun dengan kegiatan Formasi. Tetapi, dari
pamflet yang aku anggap tidak begitu bermakna, pamflet itu pulalah yang merubah
seluruh hidupku.
^___^
Hari pertama shaum aku begitu bersemangat. Entah kenapa shaum tahun ini
aku merasa sangat bersemangat, berbeda dengan shaum-shaum tahun lalu. Aku tidak
pernah sesemangat ini. Dikampus pun begitu, walaupun sedang shaum dan melakukan
banyak aktivitas, aku sangat bersemangat.
Ketika semangatku menyala untuk beraktivitas dikampus, aku melihat para
anggota Formasi yang lebih bersemangat dariku sedang mempersiapkan untuk
kegiatan yang akan dilakukan. Pada saat itu, aku iri melihat mereka. Walaupun
panas matahari menusuk kedalam kulit, tapi wajah mereka begitu bercahaya. Aku
tidak melihat ada raut muka yang kelelahan. Justru sebaliknya, wajah mereka
sangat segar dan terus tersenyum. Dan hatiku berkata, “Aku ingin seperti
mereka.”
“Kau kenapa?” tanya Ilham membangunkan angan-anganku.
“Oh.. tidak.”
“Ayo..” ajaknya.
“Ilham, kalau aku berubah menjadi seperti mereka, bagaiman??” tanyaku.
“Apa?! Kau.....”
“Tidak usah dijawab. Ayo pergi..” kataku, lalu pergi.
Ilham melihatku dengan heran.
^___^
Malamnya, aku pergi ke masjid bersama keluargaku untuk sholat tarawih.
Aku dan ibuku duduk di shaf paling belakang. Kami melaksanakan sholat isya terlebih
dahulu, lalu mendengarkan tausiyah, dan yang terakhir sholat tarawih.
Ketika sholat tarawih, aku merasa gusar. Sholat tarawih ku malam itu
tidak khusyu. Ada yang mengganggu pikiranku. Aku merasa ada sesuatu yang
berbisik ditelingaku, terus berbisik... terus berbisik... hingga rokaat
terakhir sholat tarawih.
Ketika tiba dirumah tepatnya dikamarku sendiri, aku merenung. Merenung
memikirkan, apa yang barusan berbisik ditelingaku? Apa pula yang dikatakannya?.
Hatiku berkata, kalau bisikan itu, adalah bisikan untuk menyuruhku mengenakan
jilbab. Aku masih belum yakin, tapi aku merasakannya. Merasakan hidayah yang
telah Alloh beri padaku untuk mengenakan jilbab.
^___^
Hari pertama mengenakan jilbab bagiku sangat aneh, mungkin karna aku
belum terbiasa dan aku masih menggunakan jilbab yang pendek. Aku pergi kekampus
untuk menunaikan amanah orang tua. Setibanya dikampus, teman-temaku yang
melihat aku sudah berjilbab menanggapi dengan macam tanggapan. Begitupun dengan
ilham.
“Kamu dikerudung? Sejak kapan? Kok ga bilang dulu sama aku?” kata ilham
dengan deretan pertanyaannya.
“Sejak sekarang, dan insya alloh sampai seterusnya.”
“Kenapa ga bilang?”
“Aku tidak ingin dulu bilang padamu. Karna aku takut kalau niatanku
untuk mengenakan jilbab jadi tergoyah.”
Ilham mengangguk.
“bagus tidak??” tanyaku.
Ilham tersenyum, “Sangat cantik.”
Aku tersenyum.
Lalu tiba-tiba Arya menghampiriku.
“Subhaanallooh, istiqomah yah zaskia.” Kata
Arya.
Aku tersenyum, “Terima kasih.”
^___^
Minggu kedua aku mengenakan jilbab, banyak yang
berubah dalam hidupku ketika aku mengenakan jilbab. Salah satunya aku lebih
rajin untuk beribadah, dan sejak mengenakan jilbab aku ingin sekali menjadi
salah satu bagian dari keluarga Formasi. Hingga akhirnya aku menceritakan
keinginanku kepada Naya, seorang akhwat dan juga anggota Formasi yang aku kenal
selain Arya.
“Subhaanallooh. Nanti aku bilang ke teh arum,
beliau pasti setuju.” Kata Naya.
“Tapi aku malu, Ya. Aku ga kenal siapa-siapa selain
kamu sama Arya.”
“Zaskia, hati kamu sudah digerakkan oleh alloh untuk
ikut berjuang dijalanNya. Malu bukanlah alasan untuk mundur dari jalan dakwah.
Kalau kamu keburu meninggal, gimana? Kamu ga sempet buat merasakan bagaiman
indahnya berjuang dijalan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.” Katanya sedikit
menasehati.
Aku mengangguk, “Kamu benar, Ya. Aku ingin sekali
berubah.”
Naya tersenyum.
^___^
Tanpa sepengetahuan Ilham, aku ikut bergabung
dengan Lembaga Dakwah Fakultas ‘Formasi’ dan mulai sedikit demi sedikit
mengikuti kegiatannya. Waktu ku, aku habiskan untuk terus meningkatkan ketaqwaan
ku kepada Alloh. Tak ada lagi waktu ku untuk Ilham.
“Zaskia, kenapa kamu jadi lebih sering menghabiskan
waktu dengan Formasi, sibuk dalam kegiatan-kegiatannya. Kamu jarang sekali
punya waktu untuk aku. Bahkan, masuk ke LDF ini pun kamu ga bilang dulu sama
aku.”
“Ilham, aku sangat ingin menjadi kekasih alloh.”
“Aku tau Zaski, tapi aku merasa kalau sekarang ini
kamu menggantungkan hubungan kita. Apa kamu ingin seperti mereka, tidak ada
pacaran?”
“Mungkin aku akan menuju kesana.”
Ilham menatapku. Lalu dia melihat ke arah anggota
Formasi yang lain.
Ilham menghela napas, “Baiklah, kita bicarakan ini
lagi nanti.”
Aku mengnagguk.
Lalu Ilham pergi.
Aku melihatnya pergi. Ketika aku melihat Ilham
pergi, Arya melewatiku sambil berkata, “Tidak baik seorang akhwat berbicara
seperti itu dengan yang bukan mukhrimnya.”
Aku sedikit terkejut, “Kau dengar pembicaraanku?”
“Saya tidak bermaksud untuk menguping, tapi suara
kalian cukup keras.” Lanjutnya, lalu pergi.
Aku mengerutkan kening. Ketika itu teh Arum, ketua
keputrian Formasi menghampiriku.
“Itu pacarmu??” tanya teh Arum.
“Iya teh.” Jawabku singkat.
Teh Arum tersenyum, “Agama kita tidak mengajarkan
kita untuk berpacaran. Agama kita hanya mengajarkan kita tentang taaruf.”
“Iya teh, saya tau.”
“nanti ada tausiyah dan membahas tentang hal ini.
Supaya lebih paham, nanti dengarkan apa kata Pak Ustadz.”
“Baik teh.”
^___^
“Hai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isteri kamu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin : “Hendaklah mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Ahzaab : 59).
alloh subhanahu wa ta’ala telah menerangkan dengan
jelas dalam ayatNya. Setiap wanita muslim wajib untuk mengenakan jilbab, dan
jilbabnya harus dijulurkan keseluruh tubuhnya, sehingga bentuk tubuhnya tidak
bisa diperkirakan oleh orang lain, dan insya alloh tidak akan terganggu dan
diganggu oleh apapun dan siapapun.
Rasulillah saw bersabda : “sesungguhnya salah seorang diantaramu ditikam dari kepalanya dengan
jarum dari besi, adalah lebih baik daripada menyentuh seseorang yang bukan
mukhrimnya.” (HR. Tabrani). “tangan
Rasulullah saw tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan didalam
bai’at, bai’at Rasulullah dengan mereka adalah ucapan.” (HR. Bukhori).
Rasulillah saw saja, manusia yang paling mulia
lebih baik kepalanya ditikam dengan jarum dari besi daripada menyentuh wanita
yang bukan mukhrimnya. Sedangkan kita..... Ya Alloh.. ampunilah
kami...........................................................”
Itulah sebagian tausiyah yang diberikan kepada
kami. Setelah mendengar tausiyah dari Pak Ustadz dan mengikuti serangkaian
kegiatan Formasi, aku termenung. Aku sadar, kalau yang aku lakukan selama ini
hanya untuk mengejar duniaku saja. Aku tidak memikirkan bagaimana caranya untuk
mendapatkan akhirat. Selama ini aku terbuai oleh rayuan syetan. Pada saat itu
aku berjanji, mulai dari sekarang aku akan mengejar akhiratku, tanpa melalaikan
amanah yang Alloh amanahkan kepadaku didunia. Aku akan merubah semuanya yang
ada didalam diriku. Perlahan, aku mulai menjulurkan jilbabku ke seluruh
tubuhku. Aku memberikan semua pakaianku. Pakaian yang lebih banyak
memperlihatkan aurat dan menggantinya dengan pakaian yang syar’i. Pakaian yang
menutup seluruh tubuhku tanpa menonjolkan sedikitpun lekuk tubuhku. Dan aku pun
memperbaiki hubunganku dengan Ilham.
^___^
Dengan
ditemani oleh Naya, aku bertemu dengan Ilham.
“Akhirnya, kamu menemui aku juga.” Kata Ilham. “Udah
lama ga ketemu, jilbab mu semakin panjang, yah?”
Aku
tersenyum, “Inilah yang mau aku bicarakan dengan mu.”
Ilham
mengerutkan keningnya, “Membicarakan apa? Serius sekali. Tapi, apa harus dengan
Naya?”
“Tidak
baik jika seorang laki-laki dan perempuan muslim berbicara berdua saja. Syetan
akan masuk ditengah-tengahnya.”
Ilham mulai merasakan perubahanku.
“Ilham, semoga apa yang aku katakan ini kamu bisa
menerima dengan ikhlas.”
“Apa
maksudmu?”
“Aku
pernah berkata padamu kalau aku akan menuju seperti bagaimana teman-temanku di
Formasi.”
Ilham
mengangguk.
“Aku
memang benar-benar ingin menuju kesana. Untuk sekarang ini dan insya alloh
untuk seterusnya, aku hanya ingin menjadi kekasih alloh. Dihatiku tidak ada
yang lain, dihatiku hanya ada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.”
Ilham
tidak berkomentar.
“Aku masih
harus banyak belajar. Tetapi aku sudah cukup paham untuk bisa mengatakan hal
seperti ini. Ilham. Jika kita berjodoh Alloh pasti akan mempertemukan kita
kembali melalui rencanaNya dan caraNya yang sangat indah. Maafkan aku Ilham,
tapi ini adalah jalan hidupku sekarang. Jalan hidupku untuk berjuang di jalan
Alloh.”
Ilham
terdiam.
“Ilham,
aku harap kamu pun bisa ikut bersama kami untuk berjuang dijalan Alloh dan
sama-sama untuk mengangungkan namaNya keseleruh jagad raya ini.”
Ilham
mengangguk, “Aku tau hal ini pasti terjadi. Aku tidak sedih, justru aku sangat
bangga terhadapmu. Gadis yang aku cintai, bisa berubah seperti ini dalam waktu
singkat. Aku tidak mungkin mencegahmu untuk berjuang dijalan Alloh, benarkan?”
Aku
tersenyum.
“Zaski,
doakan aku. Agar aku bisa ikut mengagungkan nama Alloh, berjuang di jalanNya.
Dan semoga kita dipertemukanNya kembali.”
“Insya
alloh.” Kataku.
^___^
Keesokan
harinya.
Setelah
berbicara dengan Ilham, hatiku menjadi tenang. Tidak ada lagi yang membuat aku
ragu untuk berjuang dijalanNya.
Aku
berpapasan dengan Ilham. Aku menundukkan kepalaku, tersenyum padanya, lalu
pergi. Ilham sedang bersama Angga, sahabatnya.
“Ham,, lo
udah putus sama Zaskia?” tanya Angga.
“Iya..”
“Padahal
lo sama dia udah dari sma, sayang banget putus.”
Ilham
menghela napas, “Zaskia udah berubah, walaupun gue putus dengan dia, tapi kami
masih menjalin hubungan dengan baik. Gue ga akan pernah menyesal putus dari dia
dan gue bangga Zaskia berubah, karna yang ngebuatnya berubah bukan makhluk,
tapi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.”
^___^
Yah.. Alloh
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menggerakan hatiku, membuka pintu hatiku,
memberi hidayahNya untukku untuk terus berjuang dijalanNya dan mengagungkan
namaNya.
Bulan
Ramadhan kali ini, adalah bulan Ramadhan milikku. Karna aku menemukan diriku
yang sebenarnya pada bulan Ramadhan.
Dini Oktafiani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar